Mau tau apa itu Kegagalan?
Seperti bayi yang tak diinginkan kelahirannya, tapi menjadi orang
paling berguna ketika dewasa, daripada saudara-saudaranya. Tamsil ini
barangkali cocok untuk mengibaratkan sebuah kegagalan. Kegagalan, adalah
realita yang –tak dipungkiri- tidak pernah diinginkan kehadirannya,
tapi ternyata membawa hikmah yang luar biasa di balik punggungnya. Meski
demikian, wajar jika tak seroang pun pernah menginginkan kegagalan
menyapa dirinya. Itu karena sang hikmah tak pernah mau menampakkan diri
tepat pada saat kegagalan menghampiri.
Sahabat Khazanah Cinta Senandung Ukhuwah pasti pada anda pernah mendengar atau mengalami yang namanya "Gagal". Dalam kamus bahasa indonesia artinya batal atau tidak jadi
meraih sesuatu. Sebelum membahas lebih lanjut, kita harus membatasi
makna gagal pada sesuatu yang tidak jadi atau batal terraih setelah
adanya usaha maksimal. Sebab, kegagalan yang terjadi sebelum atau tanpa
usaha maksimal, sejatinya bukanlah kegagalan tapi konsekuensi logis.
Sebuah keniscayaan dari lemahnya usaha dan semangat. Batasan lainnya
adalah sesuatu yang diusahakan tersebut bersifat mubah, bukan yang
dilarang syariat. Dengan batasan ini, segala sudut pandang, filosofi dan
motivasi –insyaallah- akan bisa benar-benar menyasar dan tak salah
tempat.
Kegagalan Memang Menyakitkan
Dilihat dari sudut pandang fakta, kegagalan memang pahit rasanya
bahkan mungkin menyakitkan. Betapa keringat yang telah keluar, waktu
yang telah terkorban dan segenap usaha ternyata harus runtuh tak
menghasilkan. Semua itu jelas bukan sesuatu yang langsung bisa
dipersepsikan sebagai sebuah keberhasilan yang tertunda. Dimana
seseorang bisa tetap tenang dan tersenyum saat melihat kemunculannya.
Karenanya, diperlukan manajemen berpikir yang baik untuk mengolah shock akibat kegagalan. Harapanya agar kegagalan tersebut bisa menjadi batu loncatan menuju kesuksesan.
Pertama, sebelum kita berusaha menghibur diri dengan berusaha mencari
filosofi-filosofi orang sukses mengenai kegagalan, kita harus sadari
bahwa kegagalan itu bagian dari takdir. Takdir yang harus kita terima,
karena semuanya telah terjadi. Ini penting disadari karena dengan
memahami sepenuh hati bahwa semua itu telah menjadi kehendak-Nya dan
telah berlalu, satu kekecewaan akan tertutup. Qadarallahu ma sya’a fa’ala,
Allah telah menakdirkan demikian, apa yang Dia kehendaki pasti kan
terjadi. Seseorang tidak perlu kembali ke masa silam untuk mengubah
keadaan. Ia hanya perlu memulai yang baru, untuk menemukan akhir seperti
yang diinginkan, biidznillah.
Kedua, kegagalan itu bukan aib dan bukan sesuatu yang memalukan.
Kesalahan itu wajar. Kata orang, kesalahan hanyalah sesuatu yang
menegaskan bahwa kita masih layak disebut manusia. Persepsi ini akan
membuat hati kita tenang. Mengapa? Karena hantu paling menakutkan bagi
manusia adalah tersingkapnya aib dan keburukan. Jika kegagalan dalam
usaha bukan sesuatu yang tercela, maka untuk apa ditakuti? Lagipula,
mencela kegagalan sebenarnya hanyalah mencela masa lalu. Perbuatan yang
sama sekali tidak berguna.
Ketiga, silahkan mencari berbagai filosofi untuk membangun positif thinking dalam
menghadapi sebuah kegagalan. Ada banyak kata-kata bijak yang bisa kita
renungi darinya. Misalnya: “kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda”.
Karena kegagalan adalah bagian tak terpisahkan dari kesuksesan. Tidak
ada usaha maksimal yang benar-benar mengalami kegagalan. Kegagalan
hanyalah lampu merah bahwa ada yang salah dalam usaha kita. Sedang
kesalahan akan semakin menegaskan yang benar dan membuatnya semkain
kontras. maka sebenarnya “Kegagalan adalah guru besar orang-orang
sukses”. Ada lagi yang mengatakan, hitunglah kegagalan seperti
menghitung umur. Secara bilangan bertambah, tapi haikikatnya berkurang.
Artinya secara jumlah (kali) kegagalan memang bertambah; sekali, dua
kali, tiga kali dst. Tapi secara hakikat berkurang karena semakin banyak
gagal, semakin banyak pelajaran yang diambil dan semakin dekatlah
tangga kesuksesan. Karenanya, benralah jika dikatakan, “kesuksesan,
sejatinya adalah anak tangga terakhir kegagalan”.
Pada akhirnya, apakah kegagalan adalah batu loncatan menuju
kesuksesan atau tidak, semua bergantung dari sikap si penerima trofi
kegagalan. Ia bisa memilih antara;
- Menolak; tidak terima, mencari kambing hitam, mencari pembenaran diri dan berhenti. Dengan ini kegagalan adalah anak tangga patah yang benar-benar membuatnya terjerembab tak mampu bangun lagi. Bukan yang menjadikan kakinya melangkah lebih panjang menuju anak tangga berikutnya.
- Menerima tapi melakukan kesalahan yang sama. Sikap keras kepala yang tidak akan membuahkan –jelas- tidak akan membuahkan kesuksesan.
- Menjadikan kegagalan sebagai pelajaran dan suntikan penyemangat. Dan inilah yang akan menjadi kebangkitan yang nyata.
Kegagalan Hakiki
Kegagalan, apapun bentuknya selagi masih di dunia bukanlah kegagalan
yang yang sebenarnya. Masih ada peluang untuk meraih keberhasilan.
Asalkan tetap ada semangat, kerja keras dan kecerdasan untuk belajar
dari kegagalan. Sehingga kegagalan bukanlah lembar terakhir dari buku
kehidupan. Gagal lulus sekolah, bukan berarti masa depan suram. Banyak
pengusaha kaya yang memiliki ‘pengalaman buruk’ dalam hal akademik.
Gagal mendapat jodoh impian, tidak berarti harus membujang. Masih ada
yang lain, yang sangat mungkin jauh lebih baik dan berbagai kegagalan
yang lain. Intinya kegagalan bukanlah akhir segalanya.
Kegagalan yang sesungguhnya adalah kegagalan dalam berusaha untuk
menjadi hamba yang layak mendapat ridha-Nya. Kegagalan sejati adalah
ketika seseorang benar-benar gagal, bangkrut dan tak memperoleh nilai di
akhirat dari apa yang telah diusahakannya di dunia. Allah berfirman,
“Bekerja keras lagi kepayahan, -tapi- memasuki api yang sangat panas (naar).”, (QS. Al Ghasiyah:3-4)
Profil manusia paling gagal adalah manusia yang tidak beriman.
Betapapun baiknya, betatapun dermawannya dan betapapun santunya ia di
dunia, tetap saja dia akan gagal mendapatkan balasan dari kebaikannya di
akhirat. Profil yang lain adalah seorang muflis, manusia bangkrut yang
benar-benar bangkrut. Rasulullah bersabda,
“Orang yang bangkrut adalah orang yang datang pada hari kiamat membawa pahala shalat, sedekah dan shiyam. Tapi ia telah mengumpat ini, memukul si ini dan memakan harta si ini. Lalu diambilah kebaikannya untuk si ini dan si ini. Jika kebaikannya habis sebelum impas, kesalahan mereka akan diberikan kepadanya, lalu ia dijebloskan ke neraka.” (HR. Bukhari Muslim)
Maka, selagi masih di dunia, tidak ada kata gagal dan tidak perlu
khawatir mengalaminya jika kita mampu memaknai kegagalan dengan benar.
Yang harus kita waspadai adalah jangan sampai kita mengalaminya di
akhirat. Karena akhirat adalah lembaran terakhir dari kisah perjalanan
hidup kita. Wallahua’lam.
(kcsu team)